Pilar-Pilar Kepemimpinan

Leadership atau kepemimpinan merupakan sebuah sifat yang sudah seharusnya setiap kita memiliki sifat tersebut. Karena, setiap kita merupakan pemimpin, minimal pemimpin atas diri kita sendiri. Namun, pastilah setiap kita memiliki amanah yang bertanggung jawab terhadap yang lain, yang tidak hanya mengurusi diri kita sendiri, maka setiap kita pastilah pemimpin bagi yang lainnya. Rasulullah SAW pernah bersabda, yang diriwayatkan oleh Umar r.a. ”kalian semua adalah penggembala dan bertanggung jawab atas gembalaannya. Pemimpin adalah penggembala rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka. Istri adalah penggembala dan bertanggung jawab atas rumah tangga suaminya. Dan, pembantu adalah penggembala dan bertanggung jawab atas harta tuannya.” (HR. Bukhari)

Lebih jauh lagi, disini kita akan mengulas tentang kepemimpinan pada lini yang lebih umum. Ada 3 Pilar sebuah kepemimpinan: 1) Visi Masa Depan, 2) Pengikut Yang Setia, 3) Motivasi dan Stimulasi

VISI MASA DEPAN

Napoleon mengatakan, ”Tiada seorang pun dapat memimpin suatu masyarakat tanpa memberikan kejelasan mengenai masa depan mereka, karena seorang pemimpin, sesungguhnya tak lain dari seorang penjual harapan”.

Visi yang baik haruslah memenuhi lima elemen:

  1. Menjelaskan gambaran masa depan yang diidam-idamkan
  2. Membaca masa depan secara cermat
  3. Menetapkan tujuan yang jelas dan memotivasi
  4. menetapkan standar prestasi dan idealisme yang tinggi
  5. Membangkitkan optimisme dan kesabaran

Menjelaskan gambaran masa depan

Kemuliaan dan keguanaan seseorang tidak dapat disimpulkan dari apa yang sedang dia kerjakan saja, tetapi juga dari apa yang dia harapkan di masa depan. Apabila setiap orang telah meyakini bahwa dirinya penting dan berguna, dan keyakinannya itu terhujam kedalam jiwa, hati, dan ruh mereka, sehingga mereka selalu mencurahkan kemampuan terbaiknya, maka pada saat itulah panji harapan, masa depan, dan cita-cita dapat dikibarkan, karena generasi para pencetak kejayaan telah siap siaga.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memberikan teladan dalam masalah ini. Beliau menggambarkan kondisi islam dalam bentuk harapan di masa depan yang membangkitkan semangat para sahabat. Beliau bersabda,: ”Agama ini akan mencapai semua wilayah yang dicapai oleh malam dan siang. Allah akan membuat agama ini memasuki setiap rumah. Seperti halnya keagungan orang yang agung dan kehinaan orang yang hina, demikian Allah akan mengagungkan Islam dan menghinakan kekafiran” (HR. Ahmad)

Membaca Masa Depan

Rasulullah dengan begitu cermat mengetahui bahwa di masa yang akan datang akan terlahir orang-orang yang menyembah Allah dari orang-orang yang saat itu menghinakan Rasulullah. Sebagaimana pernyataan Rasulullah kepada malaikat jibril yang hendak meruntuhkan gunung kepada orang-orang Thaif yang menolak dakwah. ”Jangan kau timpakan gunung itu kepada mereka, karena aku berharap dari keturunan mereka ada orang-orang yang menyembah Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun” (HR. Muslim). Seseorang tidak hanya berpikir untuk menanam benih hari ini, kemudian memanenya hari esok dan memakannya besok lusa. Kemampuan melihat jauh kedepan, mampu memprediksi semua kemungkinan, dan berani mengasumsikan bahwa kemungkinan yang terburuk boleh jadi akan terjadi.

Menetapkan Tujuan yang Jelas dan Memotivasi

Rasulullah dengan begitu mantapnya ketika dalam suatu peperangan, seorang sahabat bertanya ”Apa yang akan kita dapatkan dari peperangan ini?” kemudian Rasulullah menjawab ”Surga!”. Begitulah sikap seorang pemimpin menjelaskan tujuan yang memotivasi anggotanya. Jelas tanpa ada keraguan sehingga membuat anggotanya kembali bersemangat dengan penuh gairah yang menggelora.

Menetapkan Standar Prestasi dan Idealisme yang Tinggi

Malaysia dinilai sebagai negara terbaik yang mampu menyusun langkah strategisnya berdasarkan visi yang jelas serta standar prestasi dan idealismenya yang tinggi. Pada akhir tahun 1985, mereka menyusun visi untuk 10 tahun, yakni tahun 1985-1995. Tujuan mereka pada saat itu adalah menjadi salah satu negara industri. Mereka mampu merealusasikan tujuan tersebut. Hasilnya, angka pertumbuhan ekonomi mereka meningkat dari 1,2% hingga 5%, lalu mencapai 8%. Angka pertumbuhan 8% ini berlangsung terus hingga tahun1995. ini merupakan angka pertumbuhan tertinggi di dunia.

Optimisme dan Kesabaran

Alkisah, Kisra Anusyirwan melewati seorang petani tua yang sedang menanam benih pohon yang takkan berbuah kecuali setelah bertahu-tahun, sehingga boleh jadi petani itu telah meninggal sebelum pohon itu berbuah. Anusyirwan berkata kepada petani itu, ”Mengapa engkau menanam pohon yang buahnya boleh jadi takkan engkau nikmati? Bukankah itu hanya melelahkan diri sendiri?” Petani itu berkata, ”orang-orang yang hidup sebelum kita telah menanam benih pohon, lalu kita yang menikmati buahnya. Karena itu, kita pun harus menanam pohon-pohonan, agar orang-orang setelah kita dapat memakan buahnya”

Itulah suluh perjalanan. Jangan engkau memaki kegelapan, tapi nyalakanlah suluh. Jika masih gelap, nyalakan suluh lagi. Jika pelbagai krisis membelit, ikatannya senakin kencang, tekanannya semakin keras, maka suluh kesabaranlah yang menjaga kita agar tidak tersandung dan terjatuh.

PENGIKUT-PENGIKUT YANG SETIA

”Pengikut adalah elemen penting yang menentukan setiap pemimpin dalam setiap situasi. Pengikut adalah mitra, dan wajah lain dari kepingan mata uang kepemimpinan.”

Warren Blank

Pernyataan Warren Blank ini tidak sepenuhnya benar. Karena kita melihat banyak dari Nabi-nabi yang mereka adalah seorang pemimpin namun mereka tidak memiliki pengikut. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, Nabi Shallallahu Alaihu wa Sallam bersabda, ”Ummat-ummat dihadapkan kepadaku. Ada nabi yang diikuti oleh satu orang saja. Ada nabi yang diikuti oleh dua orang. Ada nabi yang diikuti oleh beberapa orang. Dan, ada nabi yang tidak diikuti oleh seorang pun.” (HR. Al Bukhari)

Pada kepemimpinan yang kita bahas kali ini, pemimpin haruslah memiliki pengikut-pengikut yang setia. Sebagaimana Rasulullah  Shallallahu Alaihu wa Sallam yang memiliki para sahabat yang setia.

Sikap seorang pemimpin dan pengikut haruslah selaras. Seorang pemimpin islam mengatakan, ”Renungkanlah dengan pikiran yang jernih, wahai sekalian rakyatku. Bagaimana mungkin kalian memintaku bersikap kepada kalian dengan meneladani Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu Anhu sedangkan kalian tidak bersikap kepadaku dengan meneladani para pengikut Abu Bajar dan Umar?”

Ada tiga syarat utama sifat seorang pengikut.

Pertama, Para pengikut harus mencermati orientasi dan menganalisa perintah pemimpinnya agar yakin bahwa kesemuanya selaras dengan nilai dan prinsip yang shahih. Sebagaimana yang dilakukan oleh Umar ketika perjanjian Hudaibiyah atas hasil keputusan Rasulullah. Umar menanyakan keputusan tersebut dan Rasulullah meyakinkannya.

Kedua, para pengikut harus mengoreksi langkah pemimpin yang menyimpang dari visi, nilai, dan prinsip awal. Seperti yang dilakukan oleh seseorang di awal masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Setelah Umar dibaiat, Umar berkhutbah, ”Jika aku melakukan kebaikan, maka tolonglah aku. Jika aku melakukan kesalahan, maka luruskanlah aku.”. Seorang jamaah berdiri, lalu berkata, ”Wahai Umar, kami akan meluruskanmu dengan pedang-pedang kami ini.” Umar berkata, ”Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan diantara rakyat Umar orang yang meluruskan penyimpangannya dengan pedang.

Ketiga, para pengikut harus berinisiatif mengambil langkah-langkah yang benar dan tidak sekedar menunggu perintah. Hal ini dilakukan setelah mereka memahami metode, program, visi, dan nilai-nilai yang menjadi landasan organisasi. Lihatlah apa yang dilakukan oleh Anas bin An-Nadhr pada Perang Uhud. Dia melihat beberapa prajurit Kaum Muslimin meletakkan senjata dan berputus asa. Dia berkata,  ”Mengapa kalian melepaskan senjata? Apa yang kalian tunggu?” mereka menjawab, ”Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah wafat.” Dia berkata, ”Bangkitlah! Matilah demi membela apa yang dibela oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sampai mati”.

Ada lima sikap istimewa seorang pemimpin terhadap pengikutnya.

Pertama, Berinteraksi dengan mereka secara persuasif dan memberikan kepada mereka kesempatan yang luas untuk berdialog, menyampaikan pendapat, dan berdiskusi, bahkan untuk menolak dan mengoreksi kebijakan. Ingatlah kisah dari Al Habbab ketika Perang Badar yang mengoreksi keputusan Rasulullah dan akhirnya memindahkan pasukan muslim untuk berdiam di dekat mata air.

Kedua, Memberikan posisi istimewa yang tidak diberikan kepada orang lain. Misalnya jabatan tertentu atau keikutsertaan dalam majelis pengambilan keputusan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Umar ketika menjelang wafatnya dengan menetapkan enam orang sebagai majelis permusyawaratan.

Ketiga, Memberikan kebebasan penuh untuk bertindak dan wewenang yang besar untuk melaksanakan tugas, tapi tetap dengan pengarahan, bimbingan, dan pengawasan.

Keempat, Mendelegasikan beberapa tugas dan mempercayakan beberapa rahasia kepada mereka, menjalin hubungan pribadi dengan mereka, memberikan perlakuan khusus, dan menampakkan keistimewaan mereka.

Kelima, Memaafkan kesalahan kecil mereka dan lebih menekankan keistimewaan, prestasi dan dedikasi mereka. Sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dalam menyikapi pengaduan seorang penduduk Mesir yang dipukul oleh putra Amr bin Al-Ash. Umar menghukum anak Amr, namun dia tidak melengserkan Amr dari jabatannya.

Berikut adalah sikap-sikap yang dapat membunuh karakter seorang pemimpin:

  1. Menjebaknya dalam rutinitas yang kaku dan iklim kerja yang tegang.
  2. Mengajarinya mengganggukkan kepala tanpa berpikir
  3. Mengajarinya melarutkan kepribadiannya pada figur lain
  4. Membuatnya menentukan tujuan yang tidak realistis
  5. Memperlakukannya Laksana mesin
  6. Tidak menghiraukan dan membuatnya tidak mampu memecahkan masalah
  7. Menisbahkan keberhasilan kepada orang lain
  8. Mempertahankan dan membela jabatan secara mati-matian.

MEMOTIVASI DAN MENYEMANGATI

Memotivasi adalah sebuah usaha untuk membuat orang-orang yang bekerja di dalam satu institusi dengan dorongan internal yang muncul dari sanubari mereka sendiri berada dalam kondisi bersemangat, berhasrat, dan bergembira dalam melakukan pekerjaan..

Usaha memotivasi merupakan satu pilar kepemimpinan yang terpenting. Karena itu, keberhasilan anda meraih penghormatan, kepercayaan, kecintaan, loyalitas, dan produktivitas orang lain akan tergantung kepada kemampuan anda dalam memotivasi mereka.

Teori tebaik dalam memotivasi adalah teori yang menjelaskan bahwa memotivasi mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

  1. Menjelaskan visi jangka panjang dan membuat para pengikut meyakininya.
  2. Menjelaskan tujuan dan membantu para pengikut untuk memahami dan memformulasinya sendiri, serta menjelaskan peran mereka dalam merealisasikannya.
  3. Menyediakan ruang untuk partisipasi dan dialog dengan para pengikut dalam membuat keputusan yang menyangkut nasib mereka, dan selalu memberitahu mereka perkembangan keadaan.
  4. Menghormati dan menghargai para pengikut, serta memperhatikan kebutuhan mereka dan menjaga transparansi dengan mereka.
  5. Memberikan wewenang yang luas, dan kepercayaan yang tinggi bagi para pengikut untuk menjalankan tugas mereka sehingga mereka bertanggung jawabatas hasil-hasilnya
  6. Pemimpin menjadi teladan bagi para pengikut, jujur, berakhlak baik, adil, dan rendah hati dalam berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya.
  7. Mengubah titik-titik kelemahan setiap individu menjadi titik-titik kekuatan.

Ada banyak pendekatan dalam memotivasi. Ada orang yang memotivasi dengan gelar-gelar profesional, ada orang dimotivasi dengan penyampaian visi futuristik, dll.

Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam mencontohkan hal ini dalam mengarahkan setiap sahabat kepada keahlian dan kemampuannya masing-masing. Misalnya, beliau bersabda, “Ummatku yang paling penyayang terhadap umatku adalah Abu Bakar. Yang paling keras dalam menegakkan perintah Allah adalah Umar. Yang paling pemalu adalah Utsman. Yang paling pandai mengambil keputusan adalah Ali. Yang paling mengerti masalah halal haram adalah Muadz bin Jabal. Yang paling mudah memberikan pinjaman adalah Zaid bin Tsabit. Yang paling baik membaca Al-Quran adalah Ubai bin Kaab. Dan, jika setiap kaum memiliki orang kepercayaan, maka orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.” (HR.Tirmidzi).

Begitulah Rasulullah yang begitu tepat dalam menggunakan kunci yang sesuai dengan masing-masing individu.

Mencetak Pemimpin-DR.Thariq M. As-Suwaidan

2 thoughts on “Pilar-Pilar Kepemimpinan

Tinggalkan komentar